Stress lingkungan merupakan salah satu parameter yang mempengaruhi performa isolator. Kebanyakan stress lingkungan disebabkan oleh cuaca dan kondisi kualitas udara sekitar seperti area perkotaan atau industri berat yang mengandung polusi, daerah pinggir pantai maupun dataran berdebu.
Kondisi tersebut dapat mempengaruhi isolator baik secara mekanik seperti korosi atau elektrik seperti penurunan bil isolator. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan karena berpengaruh pada keandalan penyaluran transmisi. Terutama tingkat arus bocor pada saluran transmisi.
Indonesia yang berada di daerah tropis menyebabkan tingginya intensitas sinar matahari sehingga sinar ultraviolet (UV) dan temperatur yang cukup tinggi harus diterima isolator. Iklim yang panas dapat mempercepat penuaan pada isolator baik isolator keramik, kaca ataupun polimer.
Penuaan pada isolator menyebabkan bil isolator yang menurun sehingga meningkatkan resiko terjadinya arus bocor dan flash apabila terjadi sambaran petir pada tower. Sedangkan UV dapat mempercepat penuaan pada isolator polimer yang berpengaruh pada penggetasan permukaan polimer.
Selain temperatur, iklim tropis menyebabkan intensitas hujan di Indonesia juga tinggi. Hujan membuat permukaan isolator basah (No shit Sherlock!) sehingga menghasilkan lapisan penghantar tipis yang menyebabkan penurunan bil isolator hingga 25%.
Untuk isolator jenis polimer memiliki daya tahan lebih baik ketika hujan. Karena isolator polimer memiliki lapisan water repellent hydrophobic yang mengurangi pembentukan layer konduktif saat hujan. Dengan kemampuan tersebut, penurunan bil isolator pada jenis polimer dapat ditekan hingga 15% saja.
Polusi, bukan cuma mengganggu sistem pernapasan juga sangat mempengaruhi kinerja isolator. Partikel polutan yang menumpuk dari waktu ke waktu dapat menyebabkan isolator menjadi kotor yang mengakibatkan flash. Polusi yang berupa debu ataupun asap yang mengandung bahan kimia perlahan menumpuk di bagian dalam disk isolator. Pelan tapi pasti lapisan itu membetuk kerak. Apalagi bila menempel pada ball clevis dapat menyebabkan korosi. Apabila terlambat ditangani isolator bisa putus karena pengikisan lapisan logam tersebut.
Untuk saluran transmisi yang berada pada daerah industi harus mendapat perhatian lebih, karean kegiatan industri cendrung menghasilkan polutan dengan intensitas tinggi. Selain daerah industri, daerah tambang juga sama. Untuk mengatasi kondisi tersebut, pemilihan jenis isolator menjadi krusial. Pada kondisi ini dapat digunakan isolator jenis polimer karena memiliki sifat self cleaning sehingga menurunkan resiko flash akibat penumpukan lapisan polutan pada isolator.
Daerah tepi laut juga memiliki potensi penumpukan polutan berupa penggaraman. Angin laut mengandung unsur garam yang apabila berhembus ke isolator dapat mengendap dan membentuk kerak garam. Garam yang menempel selain bersifat korosif juga bersifat konduktif sehingga meningkatkan resiko flash dan karat pada isolator.
Pada daerah industri berat ataupun teluk cendrung memiliki jadwal pembersihan isolator yang lebih sering. Contoh pada Cable Head Ketapang yang memiliki periode cleaning isolator setiap tiga bulan sekali.
(IH)