Karir profesional saya dimulai ketika saya diterima sebagai pegawai disebuah perusahaan penyedia jasa internet dan TV kabel di Jakarta tidak lama setelah saya selesai melaksanakan UN. Di SMK saya, setelah pelaksanaan UN, akan ada beberapa rekruter yang datang ke sekolah untuk menyeleksi calon pegawai. Waktu itu saya mengikuti hampir setiap rekrutmen di sekolah. Diantara beberapa yang saya ikuti saya diterima bekerja di perusahaan tersebut.
Jabatan saya waktu itu field engineer HFC atau Hybrid Fiber Coaxial dan ditugaskan di area kerja Bekasi. Nah, HFC sendiri merupakan teknologi jaringan broadband yang menggunakan media fiber optik sebagai backbone lalu untuk pendistribusian bandwidth dari Headend ke area pelanggan, media FO tadi dikonversi atau istilahnya node ke media radio frequency (RF) yang ditransmisikan menggunakan kabel coaxial.
Media coaxial inilah yang terhubung langsung dengan STB (Set Top Box) dan router pelanggan. Untuk scope pekerjaan saya sendiri meliputi kegiatan maintenance dan troubleshooting pada sisi Node hingga tap pelanggan. Sementara -perangkat yang saya kerjakan meliputi node atau konverter FO-Coaxial, amplifier, spliter, tap, serta kabel coaxial itu sendiri. Semua itu kami bergantung dengan alat tester kualitas signal JDSU DSAM 6000 Series.
Saya jadi mau sedikit cerita tentang teknologi HFC ini. Sebelum teknologi FTTH booming kayak sekarang, provider internet dan TV kabel menggunakan teknologi HFC terutama di daerah Jabodetabek. Kalo ga salah waktu itu teknologi FTTH (Fiber To The Home) belum banyak di aplikasikan. Baru layanan IPTV nya Indihome atau biznet itupun masih terbatas untuk pelanggan enterprise.
Seperti yang sudah saya gambarkan di atas, teknologi HFC ini menggambungkan media FO dan coaxial untuk menghasilkan desain jaringan broadband yang lebih cost effective karena perangkat FTTH yang mahal waktu itu. Untuk konfigurasi jaringannya, Headend yang memiliki fasilitas parabola satelit yang berfungsi menangkap broadcast layanan TV Berbayar dan juga server internet terhubung dengan jaringan fiber optik sebagai backbone.
Jaringan FO dari headend dibentang hingga ke Hub-hub pada regional, misal Hub Bekasi. Di hub ini terdapat semacam server yang dapat membagi trafffic apabila diperlukan rerouting untuk pelaksanaan maintenance. Dari hub ini, masih menggunakan media FO terhubung ke area pelanggan, biasanya dibagi di tiap-tiap area perumahan. Nah trunk FO yang dari Hub ini terhubung dengan perangkat yang disebut Node.
Node ini berfungsi mengkonversi sinyal optik yang berupa cahaya ke sinyal radio (RF) yang akan di transmisikan melalui coaxial. Inilah yang memberikan kelebihan pada metode HFC dimana penggunaan core FO yang effisien dengan mengandalkan modulasi Frequency-Division Multiplexing sehingga pada 1 core FO misalnya, dapat dimanfaatkan sebagai media yang membawa layanan baik itu TV kabel dan internet broadband.
Output dari node yang berupa coaxial dihubungkan ke pelanggan dengan menggunakan topologi tree-branch yang memanfaatkan splitter untuk pencabangan. Karena power dari RF akan melemah seiring bertambahnya jarak maka diantara node dengan tap pelanggan ditambahkan perangkat amplifier sehingga losses dapat dikurangi.
Nah, sampai di tap yaitu titik yang menghubungkan dropper pelanggan ke jaringan yang menjadi batas scope kami. Kegiatan rutin yang dikerjakan biasanya penyetelan tahanan pada amplifier sehingga didapat hasil pengukuran dengan JDSU yang sesuai standard. Selain itu kadang kami mengerjakan penyambungan kabel coaxial atau penggantian peralatan.
Mayoritas jaringannya berada di tiang listrik TM milik PLN. Kecuali pada perumahan elit, biasanya jaringannya berada di bawah tanah.
Untuk alur kerjanya selain melaksanakan maintenance rutin, kami mendapat info gangguna dari NOC dan melakukan investigasi serta menentukan troubleshooting apa yang harus dikerjakan. Karena layanan yang diberikan 24 jam jadi terdapat 3 shift yaitu pagi, siang dan malam. Kadang ketika terjadi gangguan malam hari kami bisa semalamam bahkan sampai pagi melakukan troubleshooting. Kadang bisa tidur di mobil di pinggir jalan.
Tidak lama saya berkerja disana. Kurang lebih hanya 3 bulan lalu saya memutuskan resign lebih cepat. Walaupun sebentar, banyak lesson learned yang saya dapat and even in the hard way.